Selasa, 26 Mei 2009 di 03.40 | 0 komentar  

1. Pengakuan Kol. A. Latief (gembong PKI) bahwa dua kali ia memberitahukan kepada Soeharto tentang rencana penindakan terhadap sejumlah jendral. Dalam bahasa laten menghadapkan Dewan Jendral kepada Presiden. Namun Soeharto yang pada saat itu Panglima Kostrad tidak mengambil inisiatif melapor kepada atasannya. Dia diam saja dan hanya manggut-manggut mendengar laporan itu. Latief menginformasikan rencana penindakan terhadap pera Jendral itu dua hari dan enam sebelum hari H.

2. Fakta bahwa sebagai perwira tinggi dengan fungsi pemandu di bawah Pangab Jendral A. Yani, Soeharto tidak termasuk sasaran G30S/PKI. Ini bisa dipertanyakan, mengingat strategisnya posisi Kostrad apabila Negara dalam keadaan bahaya. Kalau betul Soeharto tidak berada dalam Inner Cycle gerakan, kemungkinan besar ia termasuk dalam daftar korban yang dihabisi di malam tersebut.

3. Hubungan emosional cukup dan amat dekat Soeharto dengan para pelaku PKI yakni Untung dan Latief sedangkan Sjam termasuk kolega Soeharto di tahun-tahun sesudah Proklamasi.

4. Menurut penuturan Mayjen (Purn) Mursjid, 30 September malam menjelang 1 Oktober 1965 itu pasukan Yon 530/Brawijaya berada di sekitar Monas. Padahal tugas panggilan dari Pangkostrad Mayjen Soeharto adalah untuk defile 5 Oktober.

5. Mayjen (Purn) Suharjo, mantan Pangdam Mulawarman yang sama-sama dalam tahanan dengan Mayor (Purn) Soekardi, eks Wadan Yon 530/Brawijaya menceritakan bahwa surat perintah dari Pangkostrad kepada DanYon 530 itu dalam rangka penugasan yang disinggung Jendral Mursjid tadi, ternyata kemudian dibeli oleh Soeharto seharga Rp 20 juta.

Ratna Sari Dewi (mantan istri Bung Karo) pernah menyatakan: ?Sejak pagi 1 Oktober Soeharto sudah propaganda bahwa pelakunya PKI sepertinya dia sudah tahu semua seakan telah direncanakan. Yang menjadi pertanyaan, bagaimana ia bisa menguasai Indonesia? Harus diingat system komunikasi saat itu belum seperti sekarang. Teleponnya belum lancar dan tak ada yang punya telepon genggam. Bagaimana dia bisa memecahkan masalah yang terjadi pada malam 30 September dan segera bertindak begitu cepat? Kalau belum tahu rencana G30S/PKI ia tidak mungkin bisa melakukannya.?

Dari kutipan buku Sejarah SMP kelas 3 tersebut diatas dengan pengakuan Ratna Sari Dewi kita dapat menarik menarik kesimpulan bahwa Soeharto sudah mengetahui akan terjadi gerakan 30 September yang dilakukan PKI.

Hal ini dibuktikan, mengapa begitu cepat dia mengambil keputusan dan mengumumkan ke seluruh rakyat Indonesia melalui RRI, bahwa telah terjadi peristiwa penculikan oleh gerakan kontra Revolusioner yang menamakan dirinya G30S padahal, alat komunikasi pada saat itu belum secanggih sekarang.

Fakta-fakta lain yang mampu mengungkap kebenaran ini tidak hanya sebatas fakta internal. Lebih dari itu kebenaran yang mulai terkuak mengejutkan masyarakat awam adalah ternayata Soeharto juga mempunyai hubungan dengan CIA. Hal ini terbukti dengan adanya satu kompi batalyon 454 Diponegoro Jawa Tengah dan satu kompi batalyon 530 Brawijaya Jawa Timur, yang secara terselubung digunakan Soeharto sebagai penggerak s
Diposting oleh Jonatan

Tidak sedikit pihak yang menarik kesimpulan dari berbagai sumber sejarah yang ada, bahwa Soekarno, Presiden RI pada masa terjadinya Gerakan 30 September 1965 itu terlibat di dalam segala rencana pembantaian tersebut. Sehari menjelang terjadinya peristiwa Gerakan 30 September 1965, Soekarno terlihat berbincang dengan Letkol Untung di Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma. Hingga saat ini tidak banyak yang tahu tentang pembicaraan apa yang sebenarnya berlangsung diantara Soekarno dan Letkol Untung tersebut. Hal ini menyebabkan segelitir orang mengambil kesimpulan bahwa saat itu Soekarno membicarakan tentang rencana pembantaian terhadap tujuh orang perwira tinggi Angkatan Darat, karena setelahnya diketahui bahwa Letkol Untung adalah pemimpin Gerakan 30 September tersebut. Tapi semua kesimpulan dan pemberitaan tentang hal itu belum sepenuhnya benar dan untuk mencari kebenarannya pun sulit. Apalagi sekarang kedua tokoh sejarah yang terlibat di dalamnyapun sudah sama-sama meninggal.
Dr. Anthonie C. A. Dake juga memiliki pandangan yang hampir sama dengan haluan ini. Dalam bukunya yang berjudul In the of Spirit of the Red Banteng, ia menyatakan bahwa Presiden Soekarno pasti mengetahui rencana pemberontakan PKI. Dengan argumen bahwa Presiden Soekarno pasti mengetahui pengiriman senjata dari RRC untuk membentuk Angkatan Kelima sesuai dengan usulan PKI.
Selain itu beberapa kutipan tulisan Dr. Anthonie C. A Dake dalam bukunya Soekarno File yang akhirnya ditarik dari peredaran juga menyerukan kesimpulan yang sama, yaitu bahwa Soekarno terlibat dalam Gerakan 30 September 1965. Dake malam mengatakan bahwa Soekarno merupakan memrakarsa!
Diposting oleh Jonatan
Sabtu, 23 Mei 2009 di 17.41 | 0 komentar  

Siapa yang tidak mengenal peristiwa Gerakan 30 September 1965?
Malam ketika hampir semua orang tertidur nyenyak, terjadilah suatu peristiwa yang sangat naas bagi bangsa Indonesia atau menjadi sejarah Hitam bagi bangsa Indonesia. Peristiwa ini jelas-jelas mencoreng kehormatan bangsa kita.

Pada masa orde baru hampir semua orang hanya terdiam melihat peristiwa tersebut, tidak ada satu pun orang yang berani angkat bicara. Seperti kita tahu bahwa pada saat itu kebebasan berbicara sangatlah ketat. Berbicara sama saja dengan mati. Ada pula yang berbicara, tetapi berbohong. Mungkin karna itulah penyelesaian peristiwa ini sangat tidak jelas dan hanya asal menuduh tanpa ada suatu bukti yang kuat dan jelas yang daRata Penuhpat dipertanggung jawabkan.

Setelah masa orde baru, reformasi membuka semua kekekangan dalam kebebasan rakyat untuk ikut angkat bicara. Tapi makin banyak orang yang angkat bicara, makin tidak jelas dan simpang siur siapa dalang dari semua peristiwa keji itu.

Hitamnya peristiwa tersebut haruslah dicari tahu, agar semua dapat jelas. Karena peristiwa tersebut telah mencoreng kehormatan bangsa kita. Oleh karena itu perlu perhatiaan khusus bagi pemerintah untuk mengusut tuntas peristiwa Gerakan 30 September.

Diposting oleh Jonatan
Sekitar 3 tahun lalu peristiwa ini masih disebut-sebut sebagai G 30 S/PKI. Namun belakangan ini nama tersebut telah diubah manjadi G 30 S, ini jelas bahwa dalang sesungguhnya dari peristiwa tersebut masihlah simpang siur kebenarannya.
Selama ini telah banyak muncul tanggapan-tanggapan baru mengenai siapa sebenarnya otak di balik peristiwa ini. Ada yang menyebutkan peristiwa ini murni dilakukan oleh PKI yang ingin membentuk negara Komunis di Indonesia serta ingin menyingkirkan Soekarno. Tetapi ada juga yang beranggapan bahwa ini semua adalah ulah dari Angkatan Darat. Ada pula yang mengatakan bahwa peristiwa naas itu didalangi oleh Mayjen Soeharto. Tetapi versi mana yang benar sampai sekarang belumlah terbukti siapakah yang bersalah. Banyak saksi sejarah telah meninggal dan saksi sejarah yang masih hidup masih enggan bercerita tentang peristiwa tersebut, karena masih muncul rasa takut akan oknum-oknum tertentu.
Hal seperti ini dapat kita simpulkan bahwa peristiwa naas ini tidak terjadi begitu saja, tanpa adanya suatu perencanaan. dan juga ada pihak-pihak yang sengaja membalikkan fakta sesungguhnya untuk menutupi bukti kejahatan yang sebenarnya dilakukan.
Diposting oleh Jonatan
Enam orang perwira tinggi dan satu perwira pertama yang menjadi korban gerakan ini adalah sebagai berikut
1. Letnan Jenderal Achmad Yani
2. Mayor Jenderal R. Suprapto
3. Mayor Jenderal Haryono Mas Tirtodarmo
4. Mayor Jenderal Suwondo Parman
5. Brigadir Jenderal Donald Izacus Panjaitan
6. Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo
7. Letnan satu Pierre Andreas Tendean
Diposting oleh Jonatan
Jumat, 22 Mei 2009 di 21.55 | 0 komentar  
Diposting oleh Jonatan

Partai Komunis Indonesia berdiri tanggal 23 Mei 1920. Dalam melaksanakan programnya PKI tegunh berpegang pada kebijakan Komintern (Komunis Internasional). Sesuai dengan kebijakannya, PKI menyusup ke partai-partai lain pada saat itu. Terutama Sarekat Islam sebagai organisasi massa terbesar pada saat itu.

Sewaktu Komintern memutuskan untuk menentang Pan Islamisme, anggota PKI membentuk kubu SI Prokomunis. Kubu ini berpusat di Semarang di bawah pimpinan Semaun dan Darsono. Akibat dari ulah PKI SI terpecah dua menjadi:
  1. SI Merah (sebutan SI proKomunis)
  2. SI Putih (sebutan SI nonKomunis)
Peristiwa ini menandai berdirinya PKI sebagi organisasi yang berdiri sendiri.

Itulah sejarah singkat mengenai berdirinya PKI sebelum masa kemerdekaan Indonesia. Setelah beberapa kali pemberontakan yang dilakukan PKI, maka semenjak itu pula PKI menjadi partai yang dianggap terlarang di Indonesia.

PKI baru terdengar dan muncul kembali pada saat Presiden Soekarno berkuasa dan mulai condong ke blok Komunis. Ini menyimpang dari prinsip dasar politik bebas aktif pada saat itu.
Diposting oleh Jonatan
Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger template by blog forum